Harga Emas Naik – Harga emas global tengah berada di titik panas, menanjak tajam seiring ketegangan geopolitik dunia dan ketidakpastian ekonomi. Namun di balik gemerlap angka yang kian tinggi, pasar perhiasan di Indonesia justru dilanda krisis permintaan. Ya, bukan kabar bohong—perhiasan emas tak lagi menjadi primadona bagi masyarakat. Bukan karena tak menarik, tetapi karena harga yang kian menggigit nalar.
Di pusat-pusat perbelanjaan emas, para pedagang mengeluhkan sepinya pelanggan. Deretan cincin, kalung, dan gelang yang biasa diburu saat hari raya atau momen spesial, kini hanya menjadi pajangan yang tak tersentuh. Para konsumen berpikir dua kali, bahkan tiga kali, sebelum memutuskan membeli sepotong emas. Harga per gram yang melambung hingga menyentuh angka fantastis membuat kantong masyarakat kelas menengah ke bawah bonus new member.
Kenaikan Harga yang Brutal
Kenaikan harga emas bukan terjadi dalam hitungan hari, tetapi telah berlangsung konsisten selama berbulan-bulan. Beberapa waktu lalu, harga emas Antam sempat menembus Rp1,3 juta per gram—rekor tertinggi sepanjang sejarah di tanah air. Naiknya harga ini di picu oleh melemahnya dolar AS, inflasi global, dan kekhawatiran akan konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Namun, kenaikan ini yang di sambut meriah oleh investor, justru menjadi bencana bagi sektor retail perhiasan. Tak semua orang membeli emas untuk investasi. Sebagian besar, khususnya di Indonesia, membeli emas dalam bentuk perhiasan sebagai gaya hidup dan simbol status. Tapi kini, tren itu terpaksa situs slot resmi mendadak.
Pedagang Menjerit, Industri Tercekik
Di pusat-pusat grosir emas seperti Cikini, Melawai, dan Pasar Baru, para pedagang mengaku mengalami penurunan penjualan hingga 50 persen di bandingkan tahun lalu. Tidak hanya toko kecil, bahkan ritel perhiasan besar pun mulai merasakan tekanan hebat. Stok menumpuk, arus kas tersendat, dan operasional menjadi lebih berat.
“Orang-orang sekarang lebih memilih beli emas batangan buat simpanan, daripada beli perhiasan. Soalnya selisih harga jual dan beli perhiasan itu tinggi banget,” keluh seorang pemilik toko di Jakarta Pusat.
Situasi ini juga memukul para pengrajin emas di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Bali, dan Surabaya. Banyak bengkel perhiasan yang kini sepi order, padahal sebelumnya menjadi sumber penghidupan utama ribuan tenaga kerja.
Gaya Hidup yang Berubah
Selain harga, perubahan perilaku konsumen juga ikut berperan. Generasi muda kini lebih menyukai gaya hidup praktis. Mereka cenderung membeli barang-barang athena 168 murah meriah yang bisa di ganti setiap musim, ketimbang membeli perhiasan yang mahal dan jarang di pakai. Emas tak lagi di anggap sebagai penunjang gaya, tetapi lebih kepada aset yang tidak bisa di nikmati secara instan.
Di tambah lagi, lonjakan popularitas produk-produk investasi digital seperti saham, reksadana, dan kripto menjadikan emas tidak lagi menjadi pilihan utama generasi milenial. Apalagi dengan proses jual beli emas digital yang semakin mudah lewat aplikasi, minat terhadap perhiasan emas makin memudar.
Ritel Perhiasan Terancam Gigit Jari
Industri ritel perhiasan emas kini berada di ujung tanduk. Jika harga terus naik tanpa kendali, bukan tidak mungkin akan terjadi gelombang penutupan toko-toko emas kecil. Bahkan pelaku usaha besar pun tak bisa tidur nyenyak menghadapi ancaman ini. Adaptasi harus di lakukan, baik dalam bentuk di versifikasi produk, menawarkan cicilan ringan, hingga mengedukasi pasar tentang nilai jangka panjang dari kepemilikan perhiasan.
Fenomena ini membuka mata bahwa kilauan emas tak selalu menyilaukan semua mata. Bagi sebagian orang, harga emas yang melonjak tinggi justru membuat mereka berpaling, bahkan enggan untuk sekadar menatapnya di etalase toko.